Berdasarkan dari hasil survey Linkedin yang dilakukan oleh Marulam Sitohang mengenai apa yang para pekerja atau karyawan harapkan dari atasan mereka, 40% mengatakan mereka mengharapkan feedback yang tulus.
Hasil ini mengalahkan pernyataan lainnya seperti pemberian pelatihan, membantu pekerjaan, dan memonitor hasil pekerjaan. Kenyataan yang terjadi sungguh jauh dari harapan. Umumnya, atasan hanya memberikan feedback satu atau dua kali dalam satu tahun. Yakni pada saat melakukan penilaian kinerja tahunan. Selebihnya? apa yang dilakukan atasan adalah memberikan instruksi, memonitor progres kerja, menemukan kesalahan, dan mempertanyakan mengapa terjadi masalah.
Mengapa demikian?
Bisa saja terjadi karena atasan belum memahami bagaimana caranya melakukan feedback yang efektif. Feedback apabila dilakukan dengan baik akan meningkatkan produktifitas karyawan secara dramatis. Selain peningkatan produktifitas, karyawan juga merasakan peningkatan kepuasan dan semangat kerja. Di dunia pendidikan, pemberian feedback yang benar akan mempercepat proses belajar. Semakin banyak kita memberikan feedback, akan lebih baik pula kinerja seseorang.
Seberapa sering anda melakukan feedback?
Apa anda pernah mendengar mengenai ratio 5:1?

Ratio 5:1 adalah komposisi dimana setiap satu kritik atau negative feedback, baiknya diimbangi dengan 5 positive feedback. Ratio 5:1 ridak hanya dipakai di dunia bisnis, Ratio ini juga dipakai di bidang pendidikan dan bahkan rumah tangga. Apa sebenarnya tujuan Ratio ini? Simply to maintain a good relationship from one person to another.
Sebagai atasan yang lebih mahir memberikan kritik, ada baiknya anda mempelajari teknik memberikan positive feedback. Terdapat 3 prinsip mengenai positive feedback:
Prinsip 1: kejelasan
Jelaskan secara spesifik apa yang anda inginkan dari karyawan anda.
Misalnya, anda menginginkan karyawan anda menguasai teknik komunikasi di depan umum. Jelaskan mengapa diperlukan, kapan sebaiknya ia mulai berlatih, dan apa benefit yang diperoleh setelah menguasai teknik komunikasi di depan umum tersebut.
Contoh lainnya adalah disiplin kerja. Ungkapkan apa yang anda inginkan secara jelas dan spesifik. Mengapa anda menginginkan demikian, kapan sebaiknya dimulai, dan apa benefit yang akan di peroleh dengan adanya perubahan.
Prinsip 2: Lakukan feedback pada saat dan tempat yang tepat
Karena frekuensi feedback akan lebih sering, selalu persiapkan waktu dan tempat yang tepat. Melakukan feedback tanpa persiapan akan memberikan hasil yang kurang maksimal. Feedback yang baik akan meningkatkan rasa saling menghormati dan saling percaya antara atasan dengan karyawan. Hal itu juga dapat menciptakan suasana kerja yang sehat.
Prinsip 3: Feedback adalah tindak lanjut atau follow up
Feedback berfungsi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja karyawan. Oleh karena itu, perlu ada parameter yang dijadikan standar penilian. Ada baiknya feedback di kaitkan dengan Goal Setting karyawan sehingga hasil feedback akan langsung mendongkrak kinerja bagian atau kinerja perusahaan.
Bagaimana bila anda belum menguasai keterampilan memberikan feedback? Caranya mudah. Cukup mengubah kritik negatif yang mungkin sudah anda kuasai dengan kata-kata yang lebih positif sesuai dengan ketiga langkah di atas.
Tentunya butuh waktu untuk menjadi a good leader, tapi tidak ada salahnya dimulai dari sekarang.